![]() | |
|
Tak
mudah mengungkap
sindikat kejahatan, khususnya kasus trafficking dan narkoba. Untuk mengungkap
jaringan kejahatan tersebut, polisi harus menciptakan TKP (tempat kejadian
perkara).
Kasus
trafficking misalnya. Pihak Reskrim, dalam hal ini Unit Perlindungan Perempuan
dan Anak (PPA), memasang beberapa polisi cantik untuk membekuk jaringan
tersebut. Adakalanya mereka menyamar dan masuk menjadi korban trafficking.
"Memang untuk polisi laki-laki juga sering dipasang. Biasanya mereka
berperan sebagai pemesan 'ayam' atau pemesan narkoba," lanjut penyidik
tersebut.
Untuk
Polwan-Polwan cantik, mantan pasukan Unit PPA Polres Surabaya Timur (sebelum
lebur jadi Polrestabes Surabaya) di bawah komando Iptu Yeni Qomariyah, selalu
sigap membongkar jaringan trafficking.
Sebut
saja Brika Vicky, polwan dengan postur tubuh tinggi semampai, berkulit kuning
langsat ini, bersama beberapa Polwan lain, sering menelusuri tempat-tempat yang
biasa dijadikan transaksi trafficking oleh para pelaku. "Untuk membongkar
sindikat trafficking, butuh kejelian dan harus mampu membuat TKP," kata
Yeni ketika masih menjabat Kanit PPA Polres Surabaya Timur kala itu.
Selanjutnya,
medio 2010 ketika Polwiltabes Surabaya dilebur menjadi Polrestabes Surabaya,
pasukan Unit PPA Polres Surabaya Timur ditarik bergabung di Unit PPA
Polrestabes Surabaya di bawah komando mantan Kapolsek Mulyorejo, AKP Herlina
yang kini bertugas di Mapolda Jawa Timur. Iptu Yeni Qomariyah naik menggantikan
Herlina.
Alhasil,
mantan anggota PPA Polres Surabaya Timur ini, berkali-kali sukses membongkar
jaringan trafficking di Surabaya. Yang terbaru, mereka sukses membekuk jaringan
Yunita alias Keyko (34), warga Jayagiri IX, Denpasar, Bali.
"Pengungkapan
ini, tak lepas dari kerja keras Polwan-Polwan dan seluruh anggota
kepolisian," terang Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Suparti.
Keyko
ini, dikenal 'bandot' nya para mami-mami ayam. Jaringannya menyebar di seluruh
wilayah di tanah air. Bahkan, informasinya, tak jarang janda dua anak ini
mendapat klien para pejabat, baik di Surabaya maupun di Jakarta.
Sementara
sumber di kepolisian mengungkap, penangkapan Keyko ini bermula dari seorang
petugas polisi yang menyamar sebagai pembeli via telpon ke Keyko. Kemudian
memburunya hingga ke Pulau Dewata, Bali. Selanjutnya, menangkap pelaku lain
warga Banyuurip yang menjual 11 anak di bawah umur ke lelaki hidung belang.
Dan
untuk mengungkap kejahatan itu, adakalanya polisi yang menyamar berperan
sebagai penjahat. "Sebab pelaku-pelaku kejahatan, terlebih lagi sindikat
yang memiliki jaringan besar sangat sulit untuk ditangkap. Untuk itu, petugas
harus bisa menciptakan TKP," pungkas mantan Kapolsek Asemrowo ini.
0 komentar:
Posting Komentar